90's kid probs

Hai hai.Selamat malam dari Batam!  (ceritanya pamer lagi pulang kampung) 

As we grow up, we realized that some situations don't need a reaction, sometimes you just gotta leave people to do the dumb shit they do

such a good quote to open the post. *tebar tebar bunga*
Jadi akhir-akhir ini aku agak concern ke masalah anak  muda tentang "social media"
hm, untuk kita-kita, 90's kid, yang hidup di era dimana omongan orang adalah hal yang sangat penting dibanding kenyamanan diri. We lived in the era where social media is exist.

Facebook, you uploaded the whole photos of one moment and make a cute status to boost up your notification with hundreds of like and comment.

Twitter, you tweeted not what's happening today but what people should know about you. 

Path, you post something so people know what song you've listened, what film you've watched, what book you've read and what place you've visit.

Instagram, you post that super fab dress, that super cool planned candid or that super expensive food

Hm, a bitter honest. a bitter confession that sometimes i'm one of those kind of kid. *nyanyi lagu cool kid*

Kalo kata ibu ya, yang notabene orang tua yang selalu benar untuk membimbing anak-anaknya dan concern di psikologi anak, anak-anak yang ada disosial media dengan segala kenaifannya itu adalah bentuk dari rasa kurang perhatian.

Hm, aku juga ngerasa sih kalo dengan sosial media itu kita emang lebih diperhatiin.

"Cie galau ya, cini-cini cerita"  ketika kita ngetweet sedih-sedih
"nih lo banget @tiaranoos RT @tweetgalau......" ketika suatu tweet mirip dengan drama tai kucing kita
"Ih, makin cantik ya" ketika kita ngepost planned candid yang sukses di ig
"Mauuuuuu" ketika kita ngepost super yummy gelatto di path

we're finding any respond for what we've done.

But well, ya kapan lagi yakan jadi remaja kekinian kalo ngga sekarang, hehehehehehe (ngebela diri banget ya,tir)
Tapi, lain cerita kalo sosial media menjadi bumerangmu untuk menghancurkan dirimu sendiri,
dapet musuh, contohnya.
Gak bisa dipungkiri dengan keeksisan kita yang meningkat, ada pula pembicaraan orang-orang tentang dirimu yang meluas. Ada pro dan kontra diluar sana. Cause the more people know your privacy, the more they hated you for what you have.

 Mungkin dikira pamer, padahal harusnya berkaca kenapa iri. 
 Mungkin dikira spamming, padahal harusnya berkaca kenapa kepo
 Mungkin dikira nyindir, padahal harusnya berkaca kenapa merasa

hal-hal yang mungkin itu tidak akan terjadi jika kita membatasi diri kita sendiri untuk menilai orang lain. Karena menurut pengalaman, ketika kita berantem lewat sosial media, ada orang yang memanfaatkan moment tersebut untuk mengadu domba. Apa untungnya di kita? Puas karena udah merasa menang? Ngga.

Jangan pernah melakukan hal tanpa pikir panjang, jangan pernah mengambil kesimpulan sepihak, karena saya pernah menyesal karena terburu-buru.

Ketika kita dihina untuk hal yang kita perbuat
Ketika kita dijudge untuk hal yang kita punya
Ketika kita dijauhi untuk hal yang kita pilih

Forgive them, even they aren't sorry. Karena lagi, tidak semua tindakan butuh respon balik. 

Kalo kata pepatah (sastra banget,asik), anjing menggongong, khalifah berlalu
Kalo kata tiara (bukan pepatah dan tidak patut diikuti) kalo digonggongin orang, jangan gonggongin balik, ntar dikira sama-sama anjing. udah iyain aja, emang suka gitu 
 
Dunia itu lucu.
Sosial media itu keras.
Kamu itu baper.

Life is funny, right?Setidaknya jangan berkaca dari orang-orang yang menjatuhkanmu, karena mereka sibuk memikirkan hidupmu dibanding memperbaiki dirinya sendiri, apa yang perlu didengarkan darinya?Ngga ada.


So, this is one of all the night confession, I apologized for all the tweets and posts that ever hurt y'all. And this post is not belong to anyone, it's the only way to fix my fault as the user of social media.

Pesan terakhir dari ibu aku tercinta, "jadi anak muda itu berkarya bukan kebanyakan gaya"
IYHA BU IYHA SIAP!!!!!!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Fast-Paced Lifestyle