Living as 20s

halooo, back with dozen of thought in my head.

akhir-akhir ini ntah emang lagi musim apa udah masanya, jadi seeeriiing banget kondangan. Kondangan nikahan. Untuk pertama kali dalam masa keremajaan ini, mau ke kondangan aja bingung pakai apa, sampai sibuk beli baju. Sebenernya yang sibuk bukan aku, tapi orang-orang yang memaksa.

biasanya dateng undangan, pakai baju dress, sepatu keds atau sneaker bawa tas. Udah. Sopan kan? daripada aku pake kaos sama jeans.

makin kesini, disela lamunan makan rendang atau menikmati lagu berdendang,
sebenernya tuh nikah gimana sih?

dalam bayanganku ngga bakal ribet. Akad ngundang tetangga dan kawan terus little party buat seneng-seneng sekalian reunian, itupun dari abis magrib sampe jam 11 doang.

tidak sepanjang hari, seperti yang banyak orang lakukan. 

“haduh gitu doang bakal diomongin tetangga, harus meriah lah”
“Eh itu lauknya telor doang, takut rugi ya pestanya”
“Bajunya mahal loh keliatannya, calonnya kaya sih kayaknya”
“Eh emas nya bagus bagus tuh”
“Make up nya menor banget sih, pengantin perempuanny cantik ngga sih sebenernya”

dan desas desus lainnya yang membuatku jadi bingung esensi nikah itu apa. Harus mewah lah karena takut diomongin, yakali diomongin mah sehari dua hari doang, kalo ngga sanggup ngutang dibayarnya ngga tau sampai kapan. Baju, make up dan jewelries yang dipakai mempelai wanita menjadi sorotan, seakan penampilan seadanya sang wanita tidak cukup pantas untuk dipajang dalam megahnya singgasana pengantin,

bingung. deg deg an juga sih. Bakal se hectic apa ntar kalau nikah. Mikirin soal ini ngga berarti aku pengen nikah besok. Ngga kok, belum, belum siap. Belum siap dananya, belum siap mentalnya, belum siap calonnya, ha ha ha. 

cause you know, living as 20s and dating someone isn’t  as simple as “yaudah jalanin aja dulu, siapa tau jodoh”. no. there are so many considerations, the good and the bad, something more serious instead of having “ya jalanin aja dulu ah” kind of relationship.

kadang, aku bertanya balik ke diri sendiri
sudah siap kah?

cause him is not the only thing i’ll be dealing with. I’ll be dealing with all the things on him, their family, their circle and etc. and it wont be easy.

and another cheesy Q comes up,

“terus mau ngga pacaran sampe kapan?mau nunggu laki-laki out of nowhere dateng ngajak nikah?”

than i asking myself, “so what the the hell i should do? craving on a man? the man who will dealing with myself, my drama, my way of thinking, my weirdness, my overprotected family, 
and any other character you wont know only by dating me, cause i only saw you my good habit while dating:)”

terlepas dari masalah agama (cause i cant even predict who will read this post, jadi untuk menghindari hal-hal sensitif, aku ngga bakal bahas), aku bener-bener ngga paham apa hal yang ditakutkan dari menikah sampai harus fardu ain pacaran dulu bertahun-tahun untuk mengenali satu sama lain. even me, dont want to marry a stranger. I mean, practically, it's hard because you are no longer a teenager who can easily like someone without thinking about the plus and minus points of his/her, like someone without even think about will your future plans be matched each other, or even as simple as "Can we even get along for a long time periode without any doubts?" 


i am not talking the harm of “pacaran” i am talking about why people look strange on me when i am not pacaran.

i am that clueless living as 20s with the problem i should face.


by the way. i am wondering of having a simple wedding party. A backyard wedding party the way Rara sekar’s did.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Fast-Paced Lifestyle