Seseorang yang dipanggil Ibu

suatu malam, saat terduduk lesu melihat proposal yang tak kunjung selesai
dering handphone yang kian lama bikin merinding
dan kondisi mental yang memuakkan

ada seseorang, yang bahkan baru kukenal saat umurku 14 tahun
yang membesarkanku hingga saat ini dari aku yang masih 14 tahun saat itu
yang bahkan bukan menjadi perantaraku ada di dunia ini

aku memanggilnya ibu.

seseorang yang kata kebanyakan orang, menjadi konotasi baik yang dipertanyakan. Manusia memang mahluk yang paling suka membuat standard. Baik dan buruk. Cantik dan Buruk. Pintar dan bodoh. Kandung dan tiri.

dalam usiaku yang menginjak dua dasawarsa,
merayakan 26 september bukan hal yang ditunggu-tunggu untuk menanti siapa saja orang yang peduli melaui kiriman kue-kue lucu hasil patungan,
diumur dua dasawarsa ini, banyak hal yang membuatku berpikir,
tentang orang-orang yang benar-benar menyayangiku.

dalam dua dasawarsa ini,
kupersembahkan untuk ibu. Sosok yang hadir 6 tahun lalu saat aku jatuh sejatuh jatuhnya. hancur bukan main.

people said. dont fall in love, everything that fall gets broken.
and yes, my first love torn me to pieces. She prefers to leave me years ago after a great battle with cancer.

siapa sangka, seorang ibu, membesarkanku hingga di titik ini. Mendukung saat semua orang menekan, membantu saat pilihan terasa berat, memeluk saat keremajaan sangat menyebalkan, 

siapa sangka wanita itu bukanlah seseorang yang di telapak kakinya lah surgaku berada


even i ask myself back, 
apakah aku akan menyanyangi seseorang anak menyebalkan yang bahkan tidak punya ikatan denganku?

i doubt it. for sure.

i have no reason to love her/him. even ibu, have none. 
but she prefer to love me. raise me. 

untuk ibu,
bahkan kehilangan mama bukanlah keinginan
tapi tidak ada yang sia-sia

bahkan pertemuan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Fast-Paced Lifestyle