2018 Milestone


HAI HAI HELLO!

Sesungguhnya sangat ingin sekali ngepost soal semuanya, tapi selalu merasa berdosa karena banyak tuntutan yang belum selesai. Spaneng is life kan buat tiara?
kalo ada yang nanya spaneng itu apa, spaneng itu adalah definisi dari rasa pusing banyak yang dikerjain tapi ngga tau mulai dari mana dan berujung mager-mageran.

I am kind of a person that "I-have-ambitions-but-my-life-is-too-screwed-up‘'

Karena sudah dipenghujung tahun, I really need to sum up what i’ve been through this year that literally bringing joy and madness at the same time. I’ve through the quarter life crisis at its peak this year. So yea, here are sort of things that i highlighted:

1. Penelitian, research became one of a highlight in my life this year. Selain masa pengerjaan yang lama (setengah dari tahun ini), juga banyaknya perjuangan yang ada didalamnya. Penelitian ini di Sumatera (3 jam dari Surabaya kalo naik pesawat tanpa transit), mengangkat tema Kelapa sawit membuatku harus berjuang di tengah hutan jauh dari kota. Perjalanan nyaris 4 jam untuk pulang dan pergi tiap harinya, 900 lebih sampel, 22 varibel dan 40 hari untuk bersahabat dengan komoditas beracun (btw ini bukan sarkas, duri-duri sawit ini memang tak jarang membuatku demam), manjatin tiap pohon demi dokumentasi penelitian (lebih memberi proteksi kepada kamera daripada diri sendiri, mati-matan sekali bukan?) dan beberapa variabel untuk melengkapi data. Jauh dari kota bikin semuanya serba terbatas, jauh dari tempat fotocopy-an, jauh dari wifi yang memadai, jauh dari jasa install aplikasi dan jauh dari mana-mana, untung masih ada sinyal, masih bisa sambat di twitter atau nangis-nangis ke siapa aja yang bisa ditelpon. 2 bulan awal tahun ini aku habiskan di Medan, lalu di Malang untuk mengerjakan data dan analisa yang super menguras air mata (ditambah drama kebucinan pertamaku sepanjang masa perkuliahan yang sukses bikin turun 6kg), sudah mau gila cuma bisa nulis di blog ngga bisa nulis ilmiah. Belum lagi birokrasi kampus yang sering membuatku enggan untuk seminar atau ujian. Bahkan aku baru test toefl dan IT satu minggu sebelum yudisium. Para orang tua pasti suka bingung kenapa anaknya lama banget lulus, wahai ayah bunda, kelulusan bukanlah pencapaian, ngga lulus tepat waktu bukan berarti ngga pinter, ya emang skripsi itu fase dimana kita ngelawan diri kita sendiri dan emang se-toxic itu, 
“Trus lo kok bisa lulus tir?”
again, ngga lulus bukan berarti ngga pinter, dan ngga butuh pinter untuk lulus HEHE jadi tiara yang mageran ini hanya cukup bisa menganalisa langkah-langkah yang harus diambil supaya mampu menyelesaikan studinya di waktu yang tepat, jadi bukan karena  pinter ya, pasti pada ngga terima deh, huft.
Officially Tiara Septika Wandita, SP. Alhamdulillah.
Penelitian ini semakin menambah drama selain karena aku ngga bisa ngerjain yaitu aku lagi bucin. Alasannya sangat tidak relatable dan minta dihujat, gimana dong emang begitu adanya. Tapi karena kesedihan yang bertumpuk ini akhirnya aku menemukan self-healing dengan caraku, tentunya tidak dengan mencari orang baru agar move on.
Terimakasih untuk banyak kedai kopi tempat revisianku, terimakasih untuk solo travel jogjaku yang memenuhi impian jalan-jalan ke luar kota sendirian, terimakasih lepassuntuk dan tanpamikir.co, sumber finansial untuk kehedonan semester akhirku (ternyata galau bikin tingkat konsumtifku meningkat drastis, hehe), terimakasih kapankamunikah.com untuk pengalaman nulis bukunya (akhirnya cita-cita yang dari dulu terasa ngga mungkin bisa kecapai juga, makin percaya sama kekuatan bermimpi, mimpi aja dulu, ntar juga tau jalannya) dan bisa jualan pop up frame yang peminatnya cukup bisa buat hati senang. Terimakasih kebucinan semester tuaku, selain nurunin berat badan, bisa nambah prestasi hidup juga ya, berjasa juga kamu..... wahai bucin *ngomong sama diri sendiri ini*. Awalnya suka iseng banyak kerjaan gini bukan karena aku rajin atau kreatif, i just need to make myself tired, biar ngga sedih yang itu-itu aja, kalau ditotal nangis yang bentar-bentar tapi sering itu bisa sampe satu bulan full, iya emang anaknya suka totalitas kalo jatuh. Dont fall in love, everything that fall is broken *nyanyi lagu bangun cinta by 3composers*. Tapi mau bilang terimakasih juga untuk teman-teman yang sangat berkontribusi nyata dalam proses penyembuhan hati tiara, karena selain nangis terus kapan saja dan dimana saja, aku jadi hobi nggak makan juga tapi ujung-ujungnya sakit dan nyusahin. Terimakasih jajaran sahabat yang tidak pernah ngomel saat aku alay dan sigap saat aku sakit *cium teman satu satu*
ngopi @ruangrindu
ngopi lagi @roemahkantja
ngopi lagi dan lagi @kopikoma
ngopi terooos @kolen
ngopi with fwends @ha8itat
i need caffeine @motiv.
kerja deh.
Jualan deh.
2.Paska kampus. Setelah usai dengan segala urusan kampus yang menguras emosi jiwa dan tenaga, akhirnya aku memilih untuk stay di Pandaan. Enggan pulang karena belum siap aja jadi pengangguran. Hari-hari di Pandaan berjalan menyedihkan, diisi dengan banyak kesedihan kenapa email lamaran kerja ngga ada balasan satupun, ngga punya kegiatan bermanfaat dan merasa se-useless itu. Menjadi sarjana bukan menaikkan taraf hidupku eh malah membuat iman naik turun. Sebenarnya apa ya rencana Tuhan untuk hamba-Nya yang hobi mengeluh ini? Ntah doa keberapa dan ntah usaha yang mana yang akan dikabulkan, maka yang kulakukan adalah main ke jobfair, hehe. Walau makin kesini makin sadar kalau jobfair itu nonsense juga sih, melihat berkas ditumpuk untuk dibuang, tapi yasudahlah, biar selalu ingat kalau nyari kerja susah dan selalu bersyukur untuk apa yang sudah dijalankan.
tapi makin kesini jadi makin sadar, kalau kuliah bukan jalan untuk mendapatkan pekerjaan, ya kuliah itu untuk meningkatkan kualitas diri. Makanya suka heran kenapa pada bilang “Kenapa tir sih ngebet banget lulus cepet?emang udah siap jadi pengangguran?”
Pak bapak, bu ibu, saya makin nyusahin papa saya kalo ngga ndang lulus karena UKT yang bisa bikin papa saya umroh itu, walaupun saya ngga langsung bisa jadi anak yang penghasilannya ber-milyer-milyer tapi setidaknya saya ngga ngabisin duit bapa saya terus.
Tapi, ya itu, pencapaian orang kan beda-beda ya, aku ngga bilang lulus kurang dari 4 tahun ini pencapaian, tapi ya ini salah satu target hidupku untuk berhenti membayar uang kuliah setelah 8 semester. Sesimpel itu. 
Belum cukup kegalauan tentang kehidupan paska-kampus, tiba-tiba dihubungi oleh kemahasiswaan tentang pengumuman periode wisuda. Jadi case-nya adalah, Bapak kemahasiswaan bilang kalau perkiraan wisudaku paling cepet Januari dan bulan itu adalah September, nah ternyata bulan Oktober akhir ada pengumuman kalau wisudaku jadinya November akhir. Bayangin, belum siap kebaya dan tiket keluarga buat dateng ke Malang. A hopeless madness tiara cuma bisa berdoa agar standard wisuda perempuan (makeup, kebaya, dkk) bisa bergeser lebih minimalis. Lalu berandai-andai dateng ke wisuda sendirian aja biar ngga nyusahin papa ibu buat beli tiket. But there’s a rainbow in every hurricane, yang awalnya mau beli kebaya aja karena takut ngga sempet akhirnya mbahku bantu cari kain sama penjahit, seminggu kemudian kebayaku jadi sesuai ekspektasi dengan hanya mengeluarkan biaya 350ribu (ini termasuk sangat murah kalau standard kebaya adalah 1 juta ya berdasarkan hasil survey), dalam sehari aku juga udah bisa beli sepatu sendal dan kerudung, ngekontak fotografer dan MUA. Kenapa pake fotografer? karena papaku ngga bakal memajang foto anaknya di rumah, jadi menurutku foto studio terasa sia-sia, maka fotografer adalah pilihan tepat untuk mengabadikan moment mahasiswa terakhirku (untuk konsumsi IG dan blogku, ofcourse hehe). Total MUA dan fotografer 300K. Aku menghabiskan kurang dari 1 juta untuk semuanya, ini prestasi loh untuk memenuhi what-so-called standard wisuda. *proud to myself* 
3. Pulang ke Batam. Setelah masa mahasiswaku resmi berakhir, akhirnya aku mantap untuk pulang dan kembali ke rumah. Tidak ketinggalan drama pindahan dengan total bagasiku sendiri sampai 68kg, untungnya ketemu tetangga waktu check-in jadi nebeng bagasi doi, alhamdulillah ngga jadi bayar over-bagasi yang per kilonya 40ribu, huhu menangis. Hidup paska-kampus di Batam ternyata jauh lebih indah dari yang pernah dibayangkan, reunited dengan temen-temen lama, main dirumah sepuasnya, berbakti sama orang tua, ngga pusing harus nyari kerja dan ngga ada tuntutan. Two weeks in Batam was the most beautiful days of my life. Tapi emang jalan hidupku adalah spaneng, panggilan interview di Jakarta datang lebih dulu daripada panggilan kerja di Batam. Drama lain pun muncul, orang tuaku ngga setuju karena konsep jakarta yang menyeramkan. Dengan hati yang berusaha dikuatkan, aku pun bilag ke papa, 

“Yaudah, kalau papa mau tata kerjadi batam tata ngga papa. Kalau papa mau tata kerja nyari uang aja ya tata di Batam. Tapi kalau papa mau tata kerja sambil cari ilmu supaya berkembang ya di Jakarta itu” 
Aku ngga bilang kalau kerja di Batam ngga bisa berekembang, tapi emang untuk jurusanku itu ngga berpeluang untuk kerja sesuai major, pasti aku harus milih bidang yang fleksibel untuk semua jurusan. Kebetulan, yang di Jakarta ini basisnya startup pertanian, jadi idealisme menjadi sarjana pertanian ini tidak pudar begitu saja.
Dan juga karena belum pasti keterima, jadi aku meyakinkan mereka untuk menjadikan ini penambah pengalamanku saja, makanya deh ngga bawa koper, cuma bawa tas ransel. Emang se-hopeless itu untuk ketrima di Jakarta. 

4.Jakarta. I never think that Jakarta become my next stop. bahkan untuk pertama kalinya, aku ngga bawa koper. Ya karena tujuan ke Jakarta adalah main yang berkedok interview. Lalu dikagetkan dengan pengumuman diterima. Tanpa persiapan apa-apa. Aku bahkan cuma bawa baju tidur 3 dan beberapa baju main, satu sepatu dan berkas. Wah, ternyata aku tetap bisa hidup. Ngga ada yang ngga mungkin untuk  hidup minimalis. Satu minggu di Jakarta isinya mau nangis, sedih ternyata ngga bisa lama di Batam, sedih bakal ngga balik Batam dalam waktu dekat, sedih ngga bawa apa-apa, sedih harus sendirian, sedih karena gatau jalan, banyak deh sedihnya. Pasti pada ngomel deh 
“nih anak disuruh nganggur ngeluh, dikasih kerjaan nangis, hadeeeh” Iya iya siap kok dihujat. Tapi semenjak jadi warga ibu kota, aku jadi mensyukuri menjadi anak milenial, aku hidup di era startup bisa dinikmati anak fresh graduate sepertiku, hidup dengan KRL super mudah, kemana saja dan kapan saja hanya dengan 3ribu, hidup dengan kedai kopi menjamur untuk memboost up mood ku dengan caffeine, hidup dengan banyak aplikasi agar tidak tersesat. Terimakasih, jaman milenial. 
fasilitas negara yang selalu membuatku semangat jalan-jalan.
a lil sneak peak about Ibu kota.
Kadang aku merasa tangguh karena pindahan dari Jakarta timur ke depok sendirian, nyari kosan, explore KRL sendiri, explore makanan di depok sendiri, see? Alhamdulillah sejauh ini Jakarta baik ke tiara. Dan tentu, semoga setiap langkahku selalu dilindungi Allah. 
Pindahan dan Kerja di hari yang sama. Priuk-Jakarta Kota-Depok-Tebet. Terimakasih, KRL.

Untuk banyak penerbangan yang aku lakukan, untuk banyak kota yang aku singgahi, untuk banyak perpindahan yang terjadi, untuk orang-orang yang harus berpisah atau malah ditemukan kembali, 
it’s been a hell of a ride this year, I cant thank God enough, i’ve learn there’s a sweetness in every bitterness.

Untuk perpindahan besar dalam satu tahun ini, selamat tinggal masa remajaku. Terimakasih untuk drama-drama lucu nan menggelikan yang cukup bisa ditertawakan di masa depan. Masa lalu ada untuk ditertawakan bukan?

Rasanya kurang tanpa resolusi agar tidak merasa puas untuk apa yang sudah dicapai tahun ini, semoga tiara: a.) bisa hidup minimalis (mengurangi membeli hal-hal yang ngga butuh, seperti pernak pernik, baju, barang lucu) ternyata hidup minimalis tuh bikin kita lebih ngga pusing, lagian hal-hal yang nggak berguna harus dipertanggung jawabkan saat dihisab di akhirat, kan seram. b.) bisa menabung. Ini kudu banget sih. Biar bisa ngejajanin adek-adek dan pulang kampung pas lebaran. c.) bisa ngebangun papero.id lagi hehe lagi proses cari percetakan yang pas nih, doain yah! d.) Disiplin sama waktu kerja, ini berhubung kerjaku sering remote, masih belum nemu ritme kerja yang pas, ujung-ujungnya suka sedih sendiri karena takut mengecewakan,huhu. 

Have a bless year ahead. Last year i was thinking that it will become the last end year eve i will through in Malang, 
and today

my new year eve is in a small dorm room at Depok.

Komentar

  1. Take care in there ra. I'm always proud with you 😊😊😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Fast-Paced Lifestyle