The Knowledge Of Marriage


Berawal dari obrolan iseng siang ini, baru sadar kalau belakangan sedang dipapari beberapa konten terkait pernikahan.

Di usia segini, aku masih di fase santai aja ngga punya pasangan, walau beberapa kali risih akhirnya digangguin customer yang nganggap "wah gapunya pacar nih, pasti mau mau aja diajak nikah", pengen bisikin:

"just because i am single since forever, it doesnt mean i can easily fall to anyone just because you said you wanna marry me"

sumpah risih banget. Di kala orang-orang tuh menasehati kalau di usiaku ini udah ngga boleh lagi milih-milih, kalau ada yang datang dan siap ya langsung aja. Aneh ngga sih? milih softlense 45 ribu aja sejam sendiri, padahal kalau salah beli ya bisa beli lagi.

this is my life, i have full responsibility to take care of, cause who else will?

walau udah risih dan sebel banget, ngobrolin pengetahuan soal menikah selalu menyenangkan buatku. The knowledge of marriage is a good topic to talk with.

Hari ini, karena mba Za mau donor darah, jadi terjadilah obrolan diatas. Ngomong-ngomong soal Thalassemia, kasus thalassemia di Indonesia cukup tinggi. Beberapa hari lalu juga ada campaign dari komunitas thalassemia kalau belakangan stok darah menipis, sedangkan pengidap thalassemia hidup dari darah orang lain.

Thalassemia itu sendiri adalah penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino dan hemoglobin. Nah, Thalassemia ini bisa diturunkan jika gen resesif ibu bertemu dengan gen resesif ayah pembawa Thalassemia (homozigot resesif). Homozigot resesif itu terekspresikan dalam gen anak dengan dua kemungkinan, yaitu alfa thalasemia mayor (lethal/ kematian/ kalo dipersilangan simbolnya (aa)) dan beta thalassemia mayor atau pengidap thalassemia.

Karena ini penyakit keturunan, tentu di awal sebelum nikah bisa di tes darah terlebih dahulu, kalau kita dan pasangan pembawa gen thalassemia akan disarankan dua hal:


1. Tidak berencana untuk memiliki anak

2. Tidak jadi menikah

hehe.

serem banget ngga sih aku pake hehe:( maksudku itu, setelah ngobrolin ini dengan mba Za dan baca-baca sedikit (dan akan baca lebih banyak kedepannya agar tidak mispresepsi), bahwa pengetahuan seperti ini tentu penting untuk orang diusiaku. Bukan untuk nakut-nakutin soal menikah atau punya anak, hanya saja aku makin sadar variabel-variabel untuk menikah itu beragam sekali. Ini tentu perferensi personal, karena aku pernah menjabarkan beberapa variabel yang aku pertimbangkan tentang konsep menikah versiku ke seseorang dan orang itu membalas;

"KEBANYAKAN KONSEP JUGA GAK NIKAH-NIKAH KALI TI"

Iya iya. Yang belum nikah selalu salah. Salah aja. Gatau apa-apa emang.

Yak, sekip!

Nah lanjut lagi soal bahas tes darah sebelum nikah. Sekarang ada namanya fasilitas pre marital check up. Tentu ini sifatnya tentative, terserah mau tes apa engga. Bener-bener keputusan pasangan, kalau emang memutuskan ngga usah test, ya berarti siap dengan konsekuensi apapun yang ada di depan nanti, tanpa harus menyalahkan salah satu pihak atau ngerasa dibohongi oleh salah satu pihak.

Jangan.

Premarital check up atau pemeriksaan kesehatan pranikah adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan penting yang dilakukan oleh pasangan yang akan menikah. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat penyakit genetik serta penyakit infeksi dan menular pada pasangan guna mencegah penularan penyakit tersebut kepada pasangan dan calon anak kelak.



Dengan mengetahui kondisi kesehatan pasangan kamu sejak dini, maka kamu bisa merencanakan kesehatan keluarga kamu lebih baik lagi. Tindakan pengobatan dan pencegahan penularan penyakit pun bisa dilakukan sebelum kamu punya anak.
Nah berikut beberapa manfaat dari premarital check up:
  • Mengetahui status kesehatan dari pasangan
  • Mendeteksi penyakit menular, seperti hepatitis B dan HIV/AIDS
  • Mendeteksi penyakit/ kelainan genetik, seperti anemia sel sabit, thalasemia, hemofilia
Mengingat biaya kesehatan sangat melambung tinggi, tentu perencanaan kesehatan harus masuk ke salah satu financial statement sheet keluarga. Walau jouska bilang kalau biaya melahirkan aja sampai 88 juta, dan kamu adalah tim yang hemat hemat aja tanpa baby shower dan birth & maternity photoshoot, tetep aja tanpa perencanaan kesehatan ayah, ibu dan bayi akan membuat dana itu tetap membengkak.

Selain itu, karena aku penganut "seorang bayi ngga pernah memilih dan minta untuk dilahirkan" maka masa depan dan keberlangsungan hidup si bayi adalah tanggung jawab ibu bapaknya. And the best we can do to make sure that we raised them into a healthy, kind and happy kid.

Cuma ya itu tadi, balik lagi, ini adalah keputusan pasangan dan kedua belah keluarga, kalau emang ngga mau ya gapapa. 

Mari ditutup dengan menghargai pilihan masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Fast-Paced Lifestyle