it's okay to be a mediocre

tiba-tiba mendapat ilham menulis di pukul 2.21 dini hari, dan juga kemampuanku untuk tidur dimana saja yang sungguh menurun drastis saat beberapa jam menuju naik pesawat.

Kamu tau ngga sih rasanya tuh parno ketinggalan pesawat atau drama-drama lainnya yang bikin perasaan ngga nyaman dan bener-bener ngga bisa tidur? banyaknya waktu yang kuhabiskan untuk naik pesawat sendiri ngga buat aku menjadi terbiasa dan tetep norak emang.

Disamping drama-drama e-ticket ga terbit, ganti terminal padahal pesawatnya udah mau berangkat, ngga di jemput travel, delay beda hari dan lain-lain yang salah duanya bisa dibaca disini dan disini.

Kalo ingat hari-hari itu, aku cukup takjub sama diriku dan membuatku berdoa sama Allah "yaAllah dah capek nih lari-lari bingung di bandara sendiri, tolong segerakan yaAllah" wkwk sambil nangis kecil.

jujur, pas kejadian aku selalu pengen nangis walau pas landing di kota tujuan yaudah itu cuma hal yang telah terlewati.

Ternyata aku cukup nrimo ing pandum untuk drama-drama kayak gini hehe. 

Nah, jadi karena aku gelisah banget malem ini gegara besok naik pesawat, sudah dicoba untuk packing, dibawa memasak sahur, dibawa baca-baca tetep ngga ngantuk, alhasil aku menemukan ilham untuk menuliskan sesuatu untuk aku baca-baca nanti (teteup, tujuan menulis adalah untuk dibaca diri sendiri, karna kek ada yang baca aja hey)

Hari ini, aku mau bilang ke diriku sendiri bahwa; "ngga papa untuk jadi orang yang biasa-biasa aja"

Hal ini menjadi buah pikiran dari aku yang selalu mempertanyakan diriku seputar:

"bisa ngga ya aku sekeren, sehebat, semenakjubkan orang-orang? bisa beli rumah, bisa menikah tepat waktu dengan parenting yang oke banget, bisa jalan-jalan keluar negeri sharing tips travelling yang bermanfaat, bisa punya achievement segudang...." dan tentu bisakah-bisakah lainnya, yang mana membuatku selalu meragukan value diriku.

but then I realized, life is about a series of lucks and chances. Hal yang paling adil untuk dibandingkan dengan diriku hari ini adalah diriku sendiri di masa lalu. Membandingkan aku dengan pencapaian orang yang timeline dan garis mulainya berbeda tentu ngga akan menjadi perbandingan yang sebanding.

nggapapa kok kalau belum punya tabungan banyak  (tapi harus tetep berusaha nabung dan spending secara berkesadaran)

nggapapa kok kalau belum punya pencapaian besar yang bisa dijadiin self reward setelah bekerja bertahun-tahun (tapi tetep semangat mencari banyak pengetahuan & pengalaman buat bekal)

nggapapa kok kalau akhirnya ngga sesukses itu walau udah kerja bertahun-tahun (tapi harus tetep jaga kesehatan dan berusaha)

dan nggapapa nggapapa lainnya. "Ngga papa kok tir, jadi biasa biasa aja"

it's okay for not being super-talented, super-rich, a genius or super-pretty. It's absolutely okay for being mediocre between this hyper competitive world. I will accepting a place in my life where "good enough" is good enough, and I'll put on the energy to focus on thing that really matter.

the acceptance of your limitation may liberate you, menerima hal yang merupakan keterbatasanmu akan membebaskanmu.

"Ngga papa kok tir, jadi biasa biasa aja" 


Sebuah chat dari adikku untuk hidup biasa biasa saja.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANDUNG’S ESCAPED: Cerita dari Bumi Pasundan

Life Lately

Bonné Graduation!